Secara umum ilmu komunikasi adalah pengetahuan
tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang
sistem, proses dan pengaruhnya yang dapat dilakukan secara rasional dan
sistematis, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan.
Menurut para ahli, Imu Komunikasi dianggap bagian
dari ilmu sosial dan merupakan ilmu terapan (applied science), dan karena termasuk ke dalam ilmu sosial dan ilmu
terapan, maka Ilmu Komunikasi sifatnya interdisipliner
(antardisiplin atau bidang studi) dan multidisipliner
(melibatkan berbagai disiplin ilmu). Hal itu disebabkan oleh objek materialnya
sama dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama yang termasuk ke dalam ilmu sosial/ilmu
kemasyarakatan.
”Komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)”
(Mulyana, 2008:62).
Istilah Komunikasi menurut Cherry dalam Stuart (1983) berasal dari bahasa Latin communis yang artinya membuat kesamaan
atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih (make to common). Komunikasi
juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin. Communico, communicatio atau communicare
yang berarti membagi. (Cangara, 2004:23).
Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila
ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab
itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan
yang lainnya (communication depends on
our ability to understand one another). Melalui komunikasi, sikap dan
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan
tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat
ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk
“barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena
pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal
ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio, televisi,
telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang
usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi
mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi
komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun
subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman
komunikasi itu sendiri.
Menurut Roger dan D Lawrence (1981),
mengatakan bahwa komunikasi adalah:
“Suatu
proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam”. (Cangara, 2004 :19)
Lain halnya dengan definisi komunikasi yang
diberikan oleh Onong Uchjana Effendy. Menurutnya komunikasi yaitu:
“Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.”
(Effendy, 1998 :28).
Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di
atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran
pesan atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan
arti atau makna diantara mereka.
Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang
merupakan terjemahan dari Public
Relations. Maka tak heran, kita sering menemui penggunaan sebutan “
Direktorat Hubungan Masyarakat” atau “Biro Hubungan Masyarakat” bahkan “ Bagian
Hubungan Masyarakat “ sesuai dengan ruang lingkup yang dijangkau.
Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of communication, maka istilah Humas dapat dipertanggung
jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat
itu, hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya
menyebarkan press release ke media
massa , mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah
hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai
terjemahan dari public relations.
Menurut John D. Millet, sebagaimana dikutip
oleh Rusadi Ruslan dalam bukunya, Management
in Public Services the quest for effective performance, yang artinya peran
Humas/PR dinas instansi atau lembaga kepemerintahan terdapat beberapa hal dalam
melaksanakan tugas atau kewajiban utamanya, yaitu sebagai berikut:
1.
Mengamati dan mempelajari tantang hasrat, keinginan-keinginan dan
inspirasi yang terdapat dalam masyarakat (learning
about public desires and aspiration).
2.
Kegiatan untuk memberikan nasihat atau sumbang saran dalam menaggapi
untuk apa sebaiknya dapat dilakukan dilakukan instansi/lembaga pemerintah
seperti yang dikehendaki oleh pihak publiknya (advising the public about whatis should desire).
3.
Kemampuan untuk mengusahakan terciptanya hubungan memuaskan yang
diperoleh dari antara hubungan publik dengan para pejabat pemerintahan (ensuring satisfactory contact between public
and government official).
4.
Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah diupayakan
opleh suatu lembaga/instansi pemewrintahan yang bersangkutan (informing and about what agency doing).
(Nugraha,
2011:41).
Sedangkan Dimock dan Koening sebagaimana
dikutip oleh Rusadi Ruslan yang memaparkan tugas dan kewajiban dari pihak
Public Relations/Humas lembaga pemerintahan, sebagai berikut:
1.
Berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat (public services), kebijaksanaan serta
tujuan yang akan dicapai oleh pihak pemerintah dalam melaksanakan program kerja
pembangunan tersebut.
2.
Mampu menanamkan keyakinan dan kepercayaan, serta mengajak masyarakat
dalam partisipasi untuk melaksanakan program pembangunan di berbagai bidang,
seperti sosial, ekonomi, hukum dan politik serta menjaga stabilitas keamanan
dan ketertiban nasional.
3.
Keterbukaan dan kejujuran dalam memberikan pelayanan serta pengabdian
dari aparatur pemerintah bersangkutan perlu dijaga atau dipertahankan dalam
melaksanakn tugas dan kewajibannya masing-masing secara konsisten serta
profesional.
(Nugraha,
2011:42 )
Dalam bukunya Praktik dan Solusi Public Relations
dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra, Rusady Ruslan mengemukakan
bahwa: Public Relations berfungsi mendekatkan (menarik) konsumen atau publik
sasarannya kepada perusahaan, berupaya dalam mempengaruhi opini dan persepsi
masyarakat dan menciptakan “citra” perusahaan.
Tujuan dari seorang Humas (PRO) diantaranya
menciptakan citra perusahaan yang positif dan memperoleh opini publik yang favourable atau menciptakan kerjasama
berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik, kegiatan humas harus
dikerahkan baik kedalam dan keluar.
Sasaran Public Relations adalah Internal Public Relations dan External
Public Relations.
1.
Internal Public Relations adalah orang-orang yang berbeda atau tercakup
organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga jendral manager. Untuk
menciptakan suasana menyenangkan dan bagi keuntungan suatu lembaga, komunikasi
yang bersifat “two-way communication”
penting sekali dan mutlak harus ada, yaitu komunikasi antara pimpinan dengan
bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan, yang merupakan “feed back”, yang berdasarkan pada “good human relations” sesuai dengan
prinsip semua public relations.
2.
Eksternal Public Relations ialah orang-orang yang berada di luar organisasi
yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya. Seperti Kantor
Penyiaran, PR harus menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi penyiaran
Indonesia, sebagai organisasi yang berhubungan, selain itu dengan berbagai
macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas, sebagai calon pembuatan
relasi kerja sama.
(Nugraha,
2011 : 43)
Kegiatan kehumasan adalah merupakan bagian dari
kegiatan Komunikasi informasi dan Edukasi (KIE), yang dilaksanakan secara
terencana dan berkesinambungan untuk membangun atau menegakkan citra positif
dari lembaga dan program-program yang dijalankan, agar dapat dipahami dan
didukung oleh segenap khalayak dengan dasar saling pengertian.
No comments:
Post a Comment